Selasa, 23 September 2014

Kenapa Kucing Tidak Mati Meskipun Terjatuh Dari Lantai 5.? Apakah Benar Kucing Bernyawa 9..??


         Anda mungkin pernah lihat kucing yang jatuh dari tempat tinggi kemudian membalik tubuhnya dan bisa mendarat dengan mulus dan tidak mengalami cedera. Kenapa bisa? Apa kucing benar-benar mempunyai 9 nyawa? Mau tahu kenapa?
         Hal ini terjadi karena kucing dan beberapa hewan lain punya sistem keseimbangan dan koordinasi yang luar biasa. Sistem inilah yang membuat kucing, ketika jatuh, akan menyadari dalam posisi apa dia jatuh. Kalo dia jatuh dalam posisi terbalik, dia akan segera memutar tubuh sehingga kakinya berada di sebelah bawah, dan bersiap untuk mendarat. Mendaratnya juga ga asal regangin kaki. Kalo manusia jatuh dari tempat tinggi dengan kaki ke bawah, biasanya pasti patah kan. Kalo kucing pinter, mereka setelah memutar kaki ke bawah, segera meregangkan kakinya sehingga angin menahan jatuh tubuhnya. Dan saat bersentuhan dengan tanah, kakinya langsung ditekuk supaya mengecilkan efek jatuhnya.
         Rekor tertinggi pernah mencatat bahwa kucing pernah jatuh dari ketinggian lantai 46 tingkat (walaupun sambil jatuh dia sempat mantul" ke kanopi") dan tetap bisa bangun dan berjalan dengan agak terpincang. luar biasa kan. Kalo manusia dah mati tuh. Tapi penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kucing jatuh, makin banyak tulangnya yang patah. Tapi cuma sampe batas lantai 5 tingkat doang. Lebih dari itu, jumlah tulang kucing yang patah menurun drastis, apalagi kalo semakin tinggi.
            Nah rahasianya adalah, kucing dan beberapa hewan lainnya memiliki sesuatu yang disebut dengan terminal velocity, yaitu kecepatan jatuh maksimum yaitu 60 mil perjam. Saat kucing jatuh, kan sesuai hukum fisika, kecepatan jatuh si kucing makin bertambah. Ternyata, saat kecepatan jatuh kucing mencapai terminal velocity, di saat itulah kucing merasa paling rileks dan nyaman. Maka dia mulai meregangkan kakinya seperti bajing loncat untuk mengurangi efek jatuhnya. Nah itulah sebabnya makin tinggi dia jatuh, makin ada dia kesempatan untuk merasa rileks. Itu juga sebabnya kalo dijatuhin dari tempat yang rendah, dia ga sempat ngerasa rileks. Makanya jatuhnya lebih berasa.

"Salam Berbagi"

Senin, 18 Februari 2013

SANCTUM (Espiritu Esa Ala di Papua Nugini - Gua Terbesar di Dunia)



Film ini berkisah mengenai petualangan sebuah tim penyelam gua bawah laut kali ini mendapat project untuk menyelami gua-gua indah dalam lautan yang belum pernah diselidiki. Tapi krisis ternyata mengancam jiwa mereka ketika kekuatan badai tropis memaksa mereka semakin memasuki gua. Mereka harus berjuang melawan arus air, medan-medan mematikan dan dengan kepanikan luar biasa mereka harus segera menemukan jalan keluar entah kemana agar dapat selamat. Frank McGuire -seorang guru penyelam- yang memiliki pengalaman menyelidiki Gua-gua Esa-ala di Pasifik Selatan selama berbulan-bulan pun terbawa arus bandang bersama Josh -putranya yang masih berumur 17 tahun- dan investor Carl Hurley. Apakah mereka dapat bertahan hidup, atau malah terjebak selamanya di dalam kegelapan bawah sana?

Dengan cara pengambilan 3-D, kita dibawa ikut menyelam pada kedalaman lautan dan memasuki gua tak terjamah. Film ini berdasarkan pengalaman nyata dari seorang penulis Andrew Wight bersama 14 orang yang terperangkap dalam gua selama dua hari loh. Waktu itu jalan masuk mereka tertutup dan mereka harus mencari jalan keluar lainnya.

Pada awal film, kita akan disajikan pemandangan indah gua dalam warna cahaya biru indah di atas kegelapan tanpa sinar matahari. Namun ketika suara kencang angin badai datang, kita akan turut merasa panik dan mungkin ikut sulit bernafas.

Pokoknya inget deh tagline film ini: Never Give Up, no matter what!
Oya, pemainnya, Rhys Wakefield sebagai tokoh utama dalam film ini, Josh, pernah mendapat 4 nominasi penghargaan dimana film “The Black Balloon” (2008) menjadikan dirinya terkenal. Selamat menonton!
Director: Alister Grierson
Produksi: Universal Studios
Penulis: John Garvin, Andrew Wight
Pemain: Rhys Wakefield, Allison Cratchley dan Christopher Baker.